Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Sahid Jakarta (FIKOM USAHID) mengadakan pelatihan inovatif yang menggabungkan keterampilan public speaking dengan kampanye anti-bullying di SMKN 3 Jakarta. Program bertajuk Nope Festival (Nope Fest) 2024 yang diselenggarakan Selasa (17/12) ini mengangkat tema “The Power of Your Voice: No Bullying, Empathy First”.
“Kemampuan berbicara di depan publik bukan hanya skill yang dibutuhkan untuk presentasi, tapi juga menjadi kekuatan untuk menghentikan bullying. Kami ingin siswa memiliki keberanian untuk bersuara ketika melihat intimidasi terjadi di sekitar mereka,” jelas Ketua Pelaksana Nope Fest 2024, Risca Risdiana Sari.
Dosen USAHID sekaligus Penanggung Jawab Acara, Hj. Meri Safarwati Putri, S.Sos., M.Si menyoroti urgensi program ini. “Di era digital, kemampuan berkomunikasi yang baik semakin crucial. Pelatihan ini tidak hanya mengajarkan teknik public speaking, tetapi juga menanamkan nilai-nilai empati dan keberanian untuk membela kebenaran,” tegasnya.
Wakil Kepala Sekolah SMKN 3 Jakarta bidang Akademik dan Kurikulum, Dra. Lilik Musyarofah, M.Pd menyambut positif inisiatif FIKOM USAHID. “Kombinasi pelatihan public speaking dengan kampanye anti-bullying ini sangat tepat. Siswa tidak hanya dibekali kemampuan berbicara, tetapi juga kesadaran untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman,” ujarnya.
Program yang dimulai pukul 08.00 WIB ini dibuka dengan doa bersama yang dipimpin Sasmita Sari, dilanjutkan dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Hymne Universitas Sahid. Rangkaian acara mencakup sesi pelatihan public speaking, workshop anti-bullying, dan praktik langsung bagi para peserta.
“Kami tahu masih banyak kasus bullying di sekolah. Melalui pelatihan ini, kami berharap siswa tidak hanya mahir berbicara di depan publik, tetapi juga berani menjadi agen perubahan yang mempromosikan lingkungan bebas bullying,” tambah Risca.
Nope Fest 2024 merupakan wujud nyata kontribusi FIKOM USAHID dalam pengembangan soft skills generasi muda. Kolaborasi dengan SMKN 3 Jakarta ini menjadi model pengabdian masyarakat yang efektif, menggabungkan pengembangan keterampilan komunikasi dengan penguatan karakter anti-bullying.
“Ini bukan sekadar pelatihan, tapi langkah awal membentuk generasi yang berani bicara, berempati, dan aktif mencegah bullying. Kami berharap para siswa dapat membawa perubahan positif ini ke lingkungan mereka masing-masing,” tutup Risca.
